Wednesday, 8 February 2012

Pantun Setibanya dimuka pintu rumah pengantin perempuan Setibanya dimuka pintu rumah pengantin laki-laki belum dibenarkan untuk memasuki ruang rumah. Terjadilah pantun berbalas diantara kedua belah pihak. Pihak Laki-Laki : ” Assalamualaikum, wahai Tuan Rumah bolehkah kami masuk ”. Pihak Perempuan : ” Waalaikumsalam Wr. Wb, wahai orang yang berada ditanah. Masuk tu boleh saja, tetapi sebelumnya kami mau tahu apa maksud dan tujuan Kalaulah datangnya baik tentu kami sambut baik kalau datangnya membawa petaka elok tuan balik segera. Pihak laki-laki : Cik Puan ini kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tau. Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu bertanya pula Buah pauh selasih sayang Angin menyapa ditengah sunyi Dari jauh kami datang Ingin berjumpa idaman hati Anak gagak tepi perigi Jatuh berlutut berdarah kaki Kalaulah tidak karena hati Rasa tak patut kami kemari Pihak Perempuan : Oooh........begitu, Nampaknya besar sungguh hajat dibawa Tapi, apakah kami boleh percaya dengan kata-kata tuan Maklum ........ sebelum terkena elok waspada Tikar pandan tikar anyaman Tikar ada sejak berjaman Kalaulah benar ucapan tuan Apa taruhan sebagai jaminan Pihak laki-laki : jika begitu yang Puan tanya Kedatangan kami nampaknya masih diragukan Begini sajalah. Perahu berlayar ke Tanjung Tuan Angin bertiup kearah Selatan Apa taruhan yang Puan inginkan Cobalah sebut jangan lah segan Pihak Perempaun : Pasang lilin dalam perahu Perahu sakat melanda pantai Sengaja dihalang pengantin baru Karena syarat adatnya belum selesai Pihak laki-laki : indung-indung si anak kandung Hujan reda cuaca pun terang Kami datang semuanya bingung Mengapa dipintu kami dihalang Kagum melihat kain terhalang Beginikah adat resam melayu Hajat baik kami yang datang Mengapa pula diempang pintu Pihak Perempuan : empang pintu resam melayu Kain panjang dipegang erat Begitulah adat jaman dahulu Pintu diempang menurut adat Ambil sapu dibalik dinding Jangan tunduk jangan menyuruk Tapi kita sudah berunding Adakah dibawa penawar sejuk Pihak Laki-laki : orang melayu masak ketupat Berisi pulut bercampur santan Tapi kan kita sudah sepakat Kami nak masuk mengapa ditahan Jika tuan ketanjung balai Kami dendang senandung Asahan Syarat dan rukun sudahpun selesai Pengantin nak masuk masih ditahan ( utusan laki-laki sedikit mengomel ) Ketasik sudah........ke Penang sudah........ ke kedah pun sudah Hanya kemersing yang belum Merisik sudah – meminang sudah – menikah pun sudah Hanya bersanding saja yang belum Jadi mau apa juga lagi. Pihak perempaun : Bersabarlah dulu tuan Impal larangan tegak berdiri Lengkap pula dengan senjata Jika nak masuk sediakan kunci Barulah pintu dapat dibuka Pihak laki-laki : Menurut adat dan suku sakat Datuk Nenek pernah berpesan Kalaulah pintu dijaga ketat Syarat pembuka tolong tunjukkan Pihak perempuan : Negeri Malaka porak poranda Sejak Hang jebat jadi durhaka Kalaulah pintu hendak dibuka Pakai kunci emas, bukan suasa Pihak Laki-laki : Pisang emas masak setandan Mari letakkan diatas meja Ini kunci emas kami berikan Bukalah pintu dengan segera. Pihak Perempuan : Tunggu dulu tuan, kami hendak melihat Apakah asli atau tiruan Karena syarat telah terpenuhi Dipersilahkan Raja sehari Menjumpai permaisuri Pengantin Laki-laki dibawa oleh Mak Andam duduk dipelamin, kedua mempelai setelah duduk dipelamin dipersilahkan mengambil tempat dimuka pelaminan bersama sanak keluarga melaksanakan makan nasi damai. Upacara bersanding diakhiri dengan upacara menyembah, yang dilakukan oleh kedua mempelai terhadap pihak keluarga dari mempelai laki-laki. diButun banyak orang bertani Orang bergajah Dua beranak Pantun Pembuka pitu selesai disini Kapal berlayarpun sudahlah jejak Asalnya sembilu dari buluh Jika dianyam jadikan tampian Kami menyusun jarinya sepuluh Salah dan silaf mohonlah dimaafkan Menulis syairnya dan pantun dengan bismillah Memohon keampunan kesilapan dan salah Mudah-mudahan kita memperoleh keredhoannya Allah Karena syairnya dan pantun mempunyai masalah Pinggannya jorong mangkukpun jorong Pinggan sabun berisikan minyak Terdapat kejanggalan dan kata-kata terdorong Mohonlah kiranya agar dimaafkan banyak-banyak Kita ini senantiasa sangatlah bimbang Dilalaikan dengan hutangnya piutang Malaikat maut hampirkan dating Entahkan pagi atau petang Buahnya cempedak dan buah nangka Bemban lebat ditepinya lembah Kita tidak menduganya dan menyangka Dengan tiba-tiba kita dipanggil oleh Allah Janganlah lupa kita memujinya Tuhan Supaya rahmatNya dating kasihan Marilah kita ingat kepada Tuhan Nafsunya syaitan hendaklah ditahan Tebanglah tebu panjang pandak Tebunya dibawa pergi ke Malaka Tuntutlah ilmu biarlah banyak Buatnya perlindungan dari api neraka Dua puluh lima Nabi Rasul pilihan Namanya tersebut dalam Al-Qur’an Martabatnya tinggi dilebihkan Tuhan Marilah kita jadikan buat pedoman Muhammad Isa bermainkan sulfa Kelapa gading jatuhnya serentak Manusia tak luput daripada silaf Dan tak ada gading yang tak retak Senantiasa badan kita tergoling Tidak bergerak dan tidak berpaling Adik dan Kakak duduk berkeliling Ada yang menghadap ada yang berpaling Senantiasa badan kita terlentang Tidak bergerak sepertinya batang Sanak famili semuanya dating Ada yang menoleh ada yang memandang Datangnya si’alim dari hulu Mengajarkan kalimah bertalu-talu Hendak menjawab lidah tak lalu Bibirpun berat lidahpun kelu Sakitnya nyawa akan melayang Daripada badan awang dan dayang Mundam seperti mabuk kepayang Rupanya tinggal kasih dan sayang Berhimpunlah kaum kerabat handai dan tolan Memandikan jenazah serta dikapan Kemudian sholat jenazah dilaksanakan Dimasukkan dalam keranda daripada papan Sampai kelubang dibuka papan Diberikan bantal tanah disandarkan Dihantarkan mayat dengan ketetapan Lakunya seperti orang disimpan Ditimbus lubangnya tanah diberi Dua buah pula nisannya berdiri Talqin dibaca serta diajari Bangkitlah mayat menatapnya diri Asam kandis dan asam gelugur Asam paya dan asam iyang-iyang Menangislah mayat didalam kubur Mengingat diri tidak sembahyang Mungkaru nangkir datang segera Merah padam warnanya muka Takutnya itu tidak lagi terkira Dihati nan tidak dapat berbicara Datangnya itu menanyai kamu Engkau ini siapakah Tuhanmu Jikalau salah sedikit jawabmu Kepala dipalu sekalian badanmu Pertama pahala disebutkan dahulu Kepada dosanya sangatlah malu Kariman katabin marah terlalu Diangkat cemarnya lalu dipalu Beribu-ribu itiknya Pak Daud Itiknya yang timpang lajunya berenang Setitik embun jatuhnya dilaut Tidak diduga menjadikan gelombang Musangnya jebat meniti akar Ayam hitam putih dadanya Hujannya lebat gunung terbakar Insyaallah setitik embun padamlah baranya Tidak salah bunganya lembayung Salahnya pandan yang menderita Tidaklah salah bunda mengandung Hanya salah badan buruk pinta Tinggi bukit gunung merembung Gunung talang sandara alu Putusnya benang dapat disambung Putusnya arang bercerai lalu Membawa perahunya dari pecan Belajar mari membawa ikan patin Masa berlalunya tak berguna lagi dikesalkan Terimalah azabnya zahir dan bathin Indang mengindang kepantai nani Berdekatan pantai bujang kelana Syair dan pantunnya hingga disini Mudah-mudahan bermanfaat dan berdaya guna Terbilang Datuk laksamana Raja Dilaut Makamnya berada di bukit Batu Mohonlah diralat mana yang tak patut Agar menghasilkan maknanya yang bermutu Pak Taufiq menjahitnya kopiah Kopiah dijahitnya baldu yang utuh Wabillahi taufiq Walhidayah Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

No comments:

Post a Comment